first time in ipb, bikinan waktu tpb, masih amatiran tapi dengan editan secerca saja.
Sejak pengunguman diterimanya saya sebagai mahasiswa jalur PMDK IPB tanggal 4 Januari 2010 silam, saya bisa bernafas lega karena sudah ada jaminan melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun jaminan itu belum sah kalau syarat-syaratnya belum dipenuhi, salah satunya ialah registrasi ulang langsung ke kampus dramaga.
Langsung lompat saja ke hari H tanggal 28 Juni 2010, saya berangkat bersama keluarga mengendarai Mobil Daihatsu keluaran 2007 untuk melakukan registrasi . Setelah mengucapkan salam, minta doa restu, sungkem, nangis, lalu tertawa, segeralah saya menuju tempat registrasi. untung saya bersama sepupu saya Dinda, jadi seengaknya kalau ada penculik bisa minta perlindungan.
Sekedar info, semua mahasiswa tahun pertama di IPB diWAJIBkan tinggal di asrama, CUIH! tidak ada tolerabsi biarpun rumah anda hanya sejengkal dari asrama, ataupun anda adalah anak seorang dekan sekalipun!.
Sebelum ditampung di asmara, kami semua dikumpulkan di gedung biru besar yang disebut Graha Widya Wisuda alias Grawida atau GWW. Gedung multifungsi berbentuk lingkaran berukuran jumbo dengan atap kerucut ini digunakan untuk melakukan registrasi para calon mahsiswa baru. Awalnya saya memang bersama Dinda. Namun begitu akan masuk ke gerbang, para panitia beralmamater memisahkan barisan menjadi tiga, yaitu: barisan lelaki, barisan perempuan dan barisan banci(khusus barisan banci langsung di-D.O dan dipulangkan ke jalanan).Terpaksa saya berpisah barisan dengan Dinda yang sudah tentu ikut barisan perempuan. diapun mengucapkan salam perpisahan.
'daaah corneeell!' katanya
'halo juga din!!' jawabku
Akhirnya pergilah sepupuku yang manis tersebut bersamaan dengan harapanku untuk minta perlindungan jika ada penculik.
Tapi baru sekitar 39 detik setelah Dinda pergi, tiba-tiba kudengar suara misterius yang sangat aneh yang baru pertama kali kudengar!
Suara yang sangat menyakitkan. menusuk telinga kanan hingga berdarah, kemudian menembus telinga kiri hingga budeg.
Suara apa itu gerangan?
Kuntil anak? bukan
Kuntil bapak? salah
Kutil bapak? bapakku gak kutilan kok
suara aneh itu ternyata berasal dari percakapan antar mahasiswa sedaerah, dengan bahasa daerah mereka masing-masing.
ya subhanallah sekali!.
Awalnya terdengar obrolan bahasa Padang yang selalu berakhiran 'O', tak lama kemudian gendang telinga terganggu oleh dialog bahasa Jawa dengan medoknya yang sangat khas, sedikit curi dengar ke belakang logat keras batak dengan bahasa indonesia yang kasar dan benar langsung menghantam telinga, hingga bahasa Madura yang suara dan logatnya seperti penjual sate di pinggir jalan. Rasanya saya ingin sekali pergi ke dokter THT begitu mendengarnya!, namun inilah seninya. Ternyata sungguh banyak keragaman suku bangsa disini. Yang juga berarti beragam kebudayaan, beragam kepribadian, beragam kebiasaan, beragam kemauan, hingga beragam merk handphone.
NB: saya paling ngerti juga basa sunda, soalnya kalau dengerin tukang batagor, sama tukang cireng lagi ngobrol biasanya pake basa sunda.
Sementara orang sibuk saling berkenalan, tiba-tiba giliran saya diajak berkenalan. mereka menayakan banyak hal mulai dari yang umum, hingga yang tidak berurgensi sama sekali.
'siapa namanya?', 'asal daerah mana?', 'jurusan?','sisa pulsa saat ini?'.
Setelah berkenalan akan sulit mengingatnya kembali. saking banyaknya orang disana. mungkin besoknya saya ataupun dia akan saling lupa, dan tidak saling bertegur sapa.tapi siapa tahu suatu saat nanti kita akan bertemu lagi sebagai sesama sarjana, ataupun sesama finalis Indonesian Idol,.
Kembali ke cerita. Mulailah kami para calon mahasiswa melangkahkan kaki ke gedung Grawida dan ditemani sedikit suara dag-dig-dug. Setelah proses registrasi dan birokrasi yang berbeli-belit, mulai dari pemeriksaan berkas, tes urine, hingga dititah menanyikan lagu perjuangan ke depan panggung kamipun mulai lelah. Saya juga sudah dibagikan kunci asrama, dan bertemu dengan beberapa teman SMA saya untuk sekedar ngobrol. Selesai prosesi di GWW, dan kamipun melangkahkan kaki keluar, meniggalkan tempat dimana kami dikumpulkankan di satu tempat untuk pertama kalinya. Kelak kamipun akan bertemu kembali di tempat yang sama, namun bukan sebagai calon mahasiswa, melainkan menjadi manusia yang telah dilantik dengan gelar sarjana lengkap dengan toga dan jubah wisudanya.
Tak lama kemudian hal yang paling tidak diantikan tiba. Waktunya kami diantarkan ke asrama, yang nantinya bakal menjadi cikal bakal, suka, duka, kenangan tak terlupakan masa perkuliahan. Bukan cuma itu, bahkan bisa menjadi titik balik perubahan hidupku.
Yah sampai disini dulu. cerita selanjutnya mungkin akan menceritakan tentang bagaimana kehidupan di asrama yang durjana namun berkesan, bersama mahluk-mahluk langka nan eksentrik dari seluruh pelosok negeri.
akhirnya muncul juga.
BalasHapuslebih suka baca disini drpda d notepad ^^